Menyusul pemanasan global dan perubahan iklim yang semakin menjadi, Indonesia harus segera menggeser penggunaan energi fosil menjadi energi terbarukan (renewable energy) yang jauh lebih bersih dan ramah lingkungan. Demikian pernyataan Dirjen Energi Baru dan Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia Luluk Sumiarso, Rabu (9/3/2011).
Luluk sempat mengutarakan pandangannya seputar potensi penggunaan bahan bakar alternatif di Indonesia pada acara peresmian BTS berbahan bakar hydrogen milik operator GSM Tri (PT Hutchinson CP Telecommunications) di Bogor.
Saat ini Indonesia masih sepenuhnya bergantung pada bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batubara dan gas. Bahan bakar fosil di Indonesia digunakan oleh 95 persen penduduk maupun pelaku industri, dengan konsumsi energi meningkat tujuh persen setiap tahunnya.
Padahal bahan bakar fosil ini ikut 'berkontribusi' terhadap total emisi energi CO2, yang hingga 2008 tercatat mencapai 351 juta ton. Selain itu bahan bakar fosil jelas merupakan energi yang tidak bisa dibarukan. Jika terus digunakan, tentu persediaan bahan bakar akan habis.
Sementara, sumber-sumber energi terbarukan, yang notabene jauh lebih banyak ketimbang bahan bakar fosil, belum dimanfaatkan secara optimal. Energi terbarukan seperti hydrogen, air, panas bumi dan sebagainya masih dianggap sebagai energi alternatif, dimana penggunaannya hanya mencapai lima persen.
"Selama ini, kebutuhan energi masyarakat belum cukup efisien. Kebutuhan tersebut kemudian dipenuhi oleh energi fosil dengan biaya berapapun, bahkan pemerintah memberikan subsidi untuk bahan bakar itu. Sementara, energi terbarukan hanya dipandang sebagai sumber energi alternatif," ucap Luluk pada acara yang bertempat di Perum Cimanggu Permai, Kedung Badak.
"Kita harus mengubah paradigma ini. Kita harus memaksimalkan penyediaan dan penggunaan energi terbarukan, dimana energi fosil akan menjadi penyeimbang," imbuhnya.
Luluk mengklaim, Indonesia memiliki masa depan cerah dalam penggunaan energi alternatif, karena masih banyak sumber energi yang bisa dieksplorasi.
"Saat ini, mayoritas pelaku industri sudah banyak memanfaatkan tenaga air, di mana sumbernya tidak akan habis. Tapi, kita belum mengoptimalkan sumber energi terbarukan lain seperti panas bumi, bio energi, tenaga matahari ataupun tenaga samudera," jelas Luluk.
"Khusus untuk panas bumi, jelas masih banyak yang bisa dieksplorasi karena kita memiliki sumber panas bumi sebanyak 28 ribu megawatt, sedangkan yang kita gunakan saat ini masih kurang dari 12 ribu megawatt," tambahnya lagi.
Penggunaan dan pengembangan energi terbarukan serta pelaksanaan konservasi energi ini sejalan dengan komitmen Indonesia yang dikemukakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada konferensi G-20 di Pittsburgh (2009) dan Konferensi Para Pihak ke-15 CITES atau COP15 untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pada 2020 mendatang.
Indonesia diharapkan bisa mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca hingga 26 persen (767 juta ton) melalui upaya sendiri, dan 41 persen melalui upaya sendiri serta dukungan internasional.
okezone.com
No comments:
Post a Comment